BKKBN Dorong Pemerintah Atasi Stunting Dengan Kelor

- Kamis, 9 Maret 2023 | 18:04 WIB
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat memberikan kata sambutanya dalam Rakornis BKKBN di Jakarta  (antara )
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat memberikan kata sambutanya dalam Rakornis BKKBN di Jakarta (antara )

Sisijabar.com - Mengetahui manfaatnya segudang, BKKBN mendorong pemerintah untuk mendeklarasikan kelor atau Moringa Oleifera sebagai salah satu bahan pangan nasional khas Indonesia.

“Besar harapannya daun kelor ini bisa dideklarasikan menjadi pangan nasional. Jadi kalau Bapak Menkes (Budi Gunadi Sadikin) mungkin ingin lebih untuk ekspor. Kalau saya, ingin men-declair pangan lokal sebagai pangan nasional,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Jakarta, Kamis, (9/3/2023).

Hasto menyayangkan, banyak orang Indonesia yang belum mengenal manfaat daun kelor. Padahal menurutnya daun kelor merupakan salah satu jenis pangan yang bersifat masih sangat lokal. Kelor bisa ditanam dimana saja dan bisa didapat dengan harga yang terjangkau.

Baca Juga: Polisi Tangkap Penadah Motor Hasil Curian Asal Darangdan Purwakarta

Tumbuhan kelor yang terdiri dari daun, biji, dan akar, tersebut memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik bagi tumbuh kembang otak dan syaraf bayi, balita, dan juga ibu hamil.

Kelor mengandung asam amino esensial yang menyerupai asam amino dalam protein hewani.

Kandungan nutrisi yang ada pada daun kelor itu diantaranya adalah: vitamin A, kalsium, dan vitamin C, yang tidak kalah dari wortel ataupun tomat.

Baca Juga: Kalahkan SDN Babakan 2 dengan Skor 0-2, SDIT Al-Akhyar Sabet Juara 1 Ajang Olimpiade O2SN

“Khusus untuk bayi dan balita juga ibu hamil dan sebagainya itu membutuhkan zat khusus yang tidak ada di gingseng, kopi, atau teh. Jadi memang harus mengandung protein,” katanya.

Hasto menyarankan agar penelitian dilakukan secara lebih teliti dan mengikuti arahan dan protokol para ahli gizi. Sebab, kelor merupakan jenis tumbuhan yang mempunyai keunikannya sendiri. Oleh karenanya jika ingin membawa kelor ke ranah yang lebih luas lagi,

“Untuk mengolah kelor yang sudah ada dan juga sudah diteliti para ahli itu hanya diambil daunnya, jadi tidak boleh terikut gagangnya. Karena itu bisa mengurangi atau menetralisir khasiatnya semacam ada antidotum, Ini perlu dipelajari dengan lebih detail,” katanya.

Baca Juga: Polres Purwakarta Berhasil Ringkus Perampok Spesialis Antarprovinsi, Korban Disekap dan Disiksa

Penelitian juga harus mengukur takaran yang sesuai dengan usia masyarakat untuk dikonsumsi. Sebab, ibu hamil mempunyai takaran asupan gizinya sendiri. Termasuk apakah khasiat kelor bisa menggantikan protein hewani.

Hasto menyatakan BKKBN beserta jajaran juga sedang mengkampanyekan manfaat pangan lokal untuk memerangi stunting. Dimana tidak hanya kelor, BKKBN juga menggalakkan pentingnya asupan protein hewani dari telur, ikan dan beras terfortivikasi.

Halaman:

Editor: Yusup Bahtiar

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X